Peng Shuai, petenis Tiongkok yang sempat menghilang karena skandal seks muncul kembali di publik
SBOBET88 – Awal bulan November 2021, Peng Shuai, petenis asal Tiongkok yang pernah mengalahkan banyak pemain 10 dan 5 besar dunia, menuduh Zhang Gaoli, mantan pejabat tinggi pemerintah Tiongkok, melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya. Peng menulis di akun pribadinya di Weibo yang terverifikasi, bahwa tiga tahun yang lalu, Zhang memaksanya untuk berhubungan seks meskipun dirinya menolak berulang kali.
Dalam postingan berisi 1.500 karakter tersebut, Peng membeberkan secara rinci tentang pertemuannya dengan Zhang sepuluh tahun yang lalu. Peng mengklaim bahwa dia berselingkuh dengan Zhang, yang ketika itu sudah menikah. Perselingkuhan yang hilang-timbul itu dimulai sebelum Zhang naik pangkat dan dilantik menjadi wakil perdana menteri.
Sekitar tiga tahun lalu, setelah Zhang pensiun, dia mengundang Peng ke rumahnya untuk bermain tenis bersama dia dan istrinya. Peng mengatakan Zhang kemudian melakukan pelecehan seksual padanya sementara istrinya berdiri di luar menjaga pintu.
Postingannya di platform media sosial terkemuka Tiongkok tersebut 20 menit kemudian dihapus, namun tangkapan layar dari tuduhan yang menggemparkan itu sudah terlanjur menyebar luas di internet. Dan sejak itu Peng belum memposting apapun di situs tersebut atau terlihat di depan umum. Selain penghapusan postingan, pencarian nama Peng dan kata ‘tenis’ juga diblokir di internet yang dikelola ketat oleh pemerintah Tiongkok.
Penyensuran oleh pihak pemerintah Tiongkok seperti yang dialami oleh Peng Shuai ini tentunya bukanlah suatu hal yang baru atau yang tidak diketahui oleh publik. Pendiri Alibaba, Jack Ma pun mengalami hal serupa. Pengusaha papan atas itu belum muncul lagi di depan umum sejak Oktober 2020, selepas dia mengecam sistem peraturan China dalam pidato kontroversialnya.
Berita menghilangnya Peng dengan cepat menyita perhatian banyak pihak, terutama asosiasi dan komunitas tenis dunia. Mereka semua menuntut transparansi dari pihak pemerintah Tiongkok atas keberadaan dan keselamatan Peng Shuai. Bahkan sehari setelahnya, Women’s Tennis Association (WTA) merilis pernyataan yang isinya meminta ‘penyelidikan penuh, adil dan transparan’ atas tuduhan Peng.
“Peng Shuai, dan semua wanita, layak untuk didengar, bukan disensor,” Ucap Steve Simon, ketua dan CEO WTA.
Sebagai tanggapan atas pernyataan WTA itu, China Global Television Network, sebuah organisasi media yang berafiliasi dengan pemerintah Tiongkok memposting di akun twitter terverifikasi, dengan menunjukkan isi sebuah email yang ‘ditulis’ oleh Peng sendiri. Dalam pesan tersebut, Peng ‘mengakui’ bahwa tuduhan penyerangan seksual itu disebut tidak benar. Dikatakan juga bahwa Peng saat ini beristirahat di rumah dan semuanya baik-baik saja.
Selain WTA, bintang-bintang tenis lainnya seperti Serena Williams, Naomi Osaka dan Novac Djokovic pun ikut menuntut penjelasan mengenai keberadaan dan keselamatan Peng.
Akhirnya pada Sabtu, 20 November, foto dan video yang dimaksudkan untuk menunjukkan Peng yang tersenyum menjalani hidupnya dengan normal muncul di Twitter. Ikut menghadiri pertandingan tenis di Beijing dan makan malam bersama ‘pelatih dan rekan’. Semua diposting oleh individu yang bekerja untuk media China dan sistem olahraga negara yang dikendalikan pemerintah, pada platform yang diblokir di Tiongkok.
Keesokan harinya, Minggu, 21 November melalui panggilan video antara Peng dan presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach, Peng bersikeras mengatakan bahwa dirinya ‘aman dan sehat’ dan ingin agar privasinya dihormati. Menurut pernyataan dari IOC.
Tak satu pun dari video munculnya kembali Peng itu yang menyinggung tentang tuduhan pelecehan seksual Zhang. Sebaliknya, mereka fokus pada senyuman dan semangat Peng, yang seolah tidak terjadi apa-apa.
“Meskipun Peng mungkin terlihat baik-baik saja, namun sejarah pemerintah Tiongkok yang menghilangkan orang-orang dan kemudian membuat video tentang mereka untuk membuktikan bahwa mereka tidak terluka, padahal sebaliknya, seharusnya membuat kami khawatir tentang keselamatan Peng,” Kata Maya Wang, peneliti senior China di Human Rights Watch (HRW).